Monday, November 9, 2015

Cerita Tentang Fiksi


Menurut wikipedia, Fiksi adalah sebuah Prosa naratif yang bersifat imajiner, meskipun imajiner sebuah karya fiksi tetaplah masuk akal dan mengandung kebenaran yang dapat mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia. 


Cerpen dan novel adalah salah satu jenis karya fiksi. Sementara cerita fiksi itu ada berbagai macam jenis/genre. Ada genre romance, teenlit (cerita remaja), cernak (cerita anak) dll.

Sebuah karya sastra, harus memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Menurut Mas Gol A Gong, salah satu penulis asal Serang dan alumni SMA 1 Serang, kakak kelas kita, Intrinsik terdiri dari : Ide, Tema, Judul, Amanat/Pesan, Sinopsisi, Alur (maju/mundur), Plot, Plot Point, Setting tempat, Setting waktu, Karakter tokoh, (antagonis, protagonis), Konflik, Dialog, Majas (gaya bahasa), Diksi (pilihan kata), Ending.

Setelah saya mengenal blog, saya akhirnya menerjunkan diri (lagi) pada dunia fiksi yang dulu pernah saya senangi. Saya merasa dejavu ketika bertemu kembali pada fiksi karena blog. Dari dunia blog, akhirnya saya mengenal yang namanya Flash Fiction. Apa sih Flash Fiction itu? Flash fiction adalah karya fiksi yang sangat singkat, bahkan lebih ringkas daripada cerita pendek. Walaupun tidak ada ukuran jelas tentang berapa ukuran maksimal sebuah flash fiction, umumnya karya ini lebih pendek dari 1000 atau 2000 kata. Rata-rata flash fiction memiliki antara 250 dan 1000 kata. (Sebagai perbandingan, ukuran cerita pendek berkisar antara 2.000 dan 20.000 kata. Rata-rata panjangnya antara 3.000 dan 10.000 kata.  Dan menurut saya, hal yang tersulit dalam membuat flash fiction, selain memang harus membuat cerita yang singkat, adalah twist. Twist biasanya ada di ending cerita. Sementara twist itu sendiri mengandung arti ‘sesuatu yang tidak terduga’, 'yang berputar’, tapi bukan berarti cerita yang ditulis melenceng dari pondasinya. Sederhananya, twist itu sebuah trik yang bikin pembaca ngerassurprise dengan cerita yang ditulis. (sumber) 
Dan itu adalah bagian tersulit, menurut saya.

Untuk menunjang kemampuan saya dalam menulis flash fiction, saya ikut komunitas yang bernama Monday Flash Fiction dimana setiap hari Senin, para anggota bisa ikut membuat flash fiction yang temanya sudah ditentukan. Beberapa kali ikutan, tapi belum pernah menjadi jawaranya hehehe.... Gak apa-apa, yang penting sudah mencoba :) Tapi tidak setiap hari Senin juga sih saya bisa ikutan. Kalau kebetulan temanya membuat ide saya untuk membuat fiksi muncul, maka saya akan ikutan. Tapi kalau mandeg, ya... gak ikutan :)

Di sini ada contoh Flash Fiction saya yang saya ambil dari blog saya, dengan judul :


"Gargoyle Yang Bosan"

"Aaah.... aku bosan di sini. Tak ada yang bisa aku lakukan. Musim panas sudah mulai, tak ada air hujan, sehingga aku tak memiliki pekerjaan. Aku seperti makan gaji buta saja. Biasanya setiap musim hujan, aku selalu menjaga agar air hujan tidak membasahi dinding Katedral ini. Karena memang fungsi aku adalah sebagai saluran air yang mengalirkan air hujan agar tidak membasahi dinding Katedral ini. Dan aku sama sekali tidak memiliki pekerjaan, aku tidak berguna jika musim panas datang. Setiap musim panas datang, aku selalu bosan jika harus berdiri menantang matahari seperti ini sehingga tubuhku kepanasan dan penuh dengan debu.

Apa yang harus aku lakukan? Aku harus bisa keluar dari sini. Aku ingin berjalan-jalan, walau cuma sebentar. Agar aku merasa segar. Sumpek!" Gargoyle berbentuk seperti anjing yang memiliki sayap lebar dengan taring yang menyeramkan dan kuku-kukunya yang runcing bergumam dan mendesah sendiri. Tak ada teman untuknya berbicara, mengeluarkan unek-uneknya, atau mungkin mengajaknya berjalan-jalan di seputaran Katedral ini. Hanya dia sendiri, patung Gargoyle di atas dinding Katedral ini. Gargoyle yang bernama Gorgos itu hendak melolong karena ke-bete-annya. Segera dia urungkan niatnya untuk melolong, karena khawatir manusia-manusia di bumi akan kaget mendengar suara lolongannya. Ingin sekali dia melolong sekuat tenaga, mengeluarkan kebosanannya, tapi apa daya, dia tahan sekuat tenaganya.

Gargoyle si Gorgos melihat ke sekeliling. Ke samping kanan, kiri dan ke bawah. Betapa indahnya suasana di bawah sana. "Seandainya aku bisa melompat ke bawah...." Dia angkat-angkat kakinya agar lepas dari dinding atap Katedral. Dia gerak-gerakkan badannya, tapi percuma, itu semua tidak ada gunanya. Gorgos tak berhasil membuat badannya goyah sedikitpun. Dia berpikir keras agar bisa keluar dari cengkraman dinding atap Katedral ini. 
"Aha.... aku ingat! Aku ingat!" Gorgos sedikit berteriak. Dia kegirangan bukan main.
"Aku punya mantra yang dulu pernah diajarkan oleh Gargoyle Srigala ketika dia hendak pergi meninggalkan Katedral di ujung selatan sana. Dan aku masih ingat mantranya. Sebentar..... aku akan membaca mantra tersebut." Gorgos si Gargoyle Anjing komat kamit, serius. Dan.... BUZZZZ...... bukannya si Gorgos bisa lepas dari dinding atap Katedral itu, dia malah berubah menjadi kecil. Sangat kecil. Ternyata dia salah membaca mantra.

Jika ada teman-teman yang menyukai fiksi, boleh ikut bergabung :)



No comments:

Post a Comment