Thursday, October 29, 2015

Orangtua Adalah Teladan Anak-Anak


Tahu kan, kalau pendidikankarakter untuk anak itu sangat penting. Dalam mendidik anak, kita bisa melihat dan mencontoh bagaimana Baginda Besar kita Nabi Muhammad SAW mendidik anak-anak beliau, seperti kesabarannya dalam menghadapi anak-anak. Saya hanya manusia biasa, dan saya pun belum bisa mendidik anak-anak saya sebaik Nabi Muhammad dalam mendidik anak-anak beliau. Saya ingin mencontoh dan meng-kiblat-kan pendidikan anak-anak saya pada beliau, tapi saya belum mampu. Setidaknya, berusaha pada tahap-tahap yang kecil saja dulu…. Bahkan dalam hal kesabaran pun, saya masih belum bisa. Menghadapi anak yang ‘bertingkah’ sedikit saja, menguraas kesabaran saya. Well… tapi tetap saya masih ingin mendidik anak-anak saya seperti Nabi Muhammad.



Menjadi orangtua, memang diharuskan menjadi teladan terlebih dahulu bagi anak-anak, sebelum memberi arahan, ‘cause Children See, Children Do. Karena untuk menjadi teladan untuk anak-anak, berdasarkan pengalaman saya, memang sulit. Padahal Orang tua adalah role model anak-anaknya. Kadang kita masih terbawa-bawa pada karakter kita yang masih suka marah-marah misalnya, padahal untuk memberi arahan pada anak kita agar jangan jadi pemarah, ya…. kitanya jangan suka maraha-marah dong ya…. Kadang kita melihat dan memerhatikan anak kita misalnya dengan tidak sabar, marah lalu menangis hanya karena belum/tidak bisa mengikat tali sepatunya. Dan kita berkata, “sabar dong, Nak….” Lalu bagaimana kita sebagai orang tua bisa mengarahkan anak kita untuk bisa bersabar, sementara setiap hari (tanpa kita sadari), yang anak-anak lihat adalah ketidaksabaran-ketidaksabaran kita.

Ketika di lampu merah, karena panas dan terasa lama, lalu kita tanpa sadar mengeluh, dengan berkata “haduuh… lama amat sih,mana panas lagi!” Atau tanpa sadar, ketika ada kendaraan lain yang ugal-ugalan hampir mengenai kendaraan kita, dan tanpa sadar kita marah dan mengumpat di depan anak. Anak akan menyerap itu semua. Otak anak seperti spons yang bisa menyerap apapun yang mereka dengar maupun mereka lihat.

Sebagai orang tua, saya jauuuh dari sempurna, kadang saya pun suka mengumpat, marah dan tidak sabar. Apalagi jika di jalan raya, karena adaaa saja tingkah polah para pengendara yang membuat ‘nasping’. Saya masih harus terus belajar, untuk tidak melakukan hal-hal negative, apalagi di depan anak-anak. Karena karakter anak, kitalah yang membentuk. Karena pendidikan penting dalam suatu keluarga adalah akhak, aqidah/karakter dan ibadah.

Saya menulis ini, sebagai bahan perenungan saya, karena saya tiba-tiba ingat bahwa saya ingin membuat karakter anak saya mendekati sempurna, tapi bagaimana bisa, jika saya sebagai orangtua belum bisa memberi contoh? Bagaimana saya bisa memberi arahan pada anak-anak, jika saya belum bisa menjadi teladan?

Ada beberapa hal yang bisa saya jadikan pegangan, untuk menyemangati diri sendiri dan menenangkan hati :) :

Berkomunikasi dan berdiskusi dengan anak-anak. Menanyakan apakah ada hal-hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan di sekolah. Saya selalu meminta anak-anak saya untuk bicara dan menceritakan apapun kegiatan/yang dilakukannya di sekolah. Ingat kejadian di JIS? Itu yang membuat saya sangat merinding  dan takut.

Biarkan anak mengkritik kita, Biarkan anak berbicara jujur tentang kita, sebagai orangtuanya. Apa yang diharapkan anak-anak pada kita, sebagai orangtuanya.


Jika anak meniru kejelekan kita, jelaskan pada anak, bahwa orangtua adalah manusia biasa, yang bisa melakukan kesalahan, jangan mencontohnya. 

Mengakui kesalahan dan meminta maaf pada anak, apabila kejelekan kita bisa membuat anak meniru. Dengan begitu, anak pun tahu, bahwa hal tersebut adalah hal yang seharusnya tidak dilakukan.

Perbanyak istighfar, karena kadang kesalahan kecil kita tidak kita sadari.

Lakukan momen bersama keluarga, dan jadikan momen itu adalah momen untuk belajar bersama.


Semoga bermanfaat.


No comments:

Post a Comment